Mengenal Diet Ketogenic

Ilustrasi diet.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Sukses menjalani diet dan berhasil menurunkan berat badan, akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi pelakunya. Apalagi, diet yang dijalani bukan hanya sekadar membuat berat badan menunjuk ke angka ideal. Saat diet lebih bermanfaat untuk kesehatan, tentu, cara ini bisa turut jadi panutan.

Diet Keto yang Salah Picu Stroke dan Sakit Jantung

Kesuksesan diet pemain basket profesional Amerika, LeBron James misalya. Anggota tim basket Cleveland Cavaliers ini sempat jadi sorotan karena diet yang dijalaninya.

Pada tahun 2014, dia menjalani diet ketosis atau dikenal juga dengan nama ketofastosis atau ketogenik. Cara diet ini masih baru sekali. Hanya dalam waktu 67 hari, berat badannya turun sangat drastis.

Efek Samping Penderita Diabetes yang Lakukan Diet Keto

"Saya tidak konsumsi gula, tidak minum susu, dan tidak mengonsumsi karbohidrat," ujarnya seperti dilansir mindbodygreen.

"Yang saya makan hanyalah daging, ikan, sayuran dan buah-buahan. Itu selama 67 hari berturut-turut."

Mau Diet Keto? Ketahui Dahulu Aturannya

Bukan hanya James, bintang Indonesia, yang kini sibuk mengurus jasa wedding organizer, Rina Gunawan juga sukses menjalani diet yang sama. Dia berhasil menurunkan berat badan sebanyak 13 kilogram. Rahasianya, Rina menjalani diet yang sama dengan LeBron.

Awalnya, Rina tidak peduli dengan pola makan yang dijalani. Namun lama-kelamaan mulai sadar hal tersebut mengganggu laju pekerjaan, Rina mau tak mau mulai memperhatikan kesehatan.

Pada dasarnya Rina mengaku sulit meredam nafsu makan. Ditambah lagi, saat anak pertamanya lahir, berat badannya melonjak drastis, 28 kilogram. Berikutnya, saat anak kedua lahir, berat badannya makin melonjak naik 35 kilogram.

Rina pun memantapkan hati, menjalani diet ketogenic secara bertahap. Awalnya berat, tapi ia tetap gigih. "Sebelumnya aku mengurangi porsi makanku. Itu aku lakukan selama satu bulan. Step by step lah,” jelas Rina.

Ia pun bercerita, saat memulai diet ini, ia makan sejak pukul 12 siang. Tiap tiga jam sekali dia juga memasukkan makanan. Minumnya hanya virgin coconut oil dan teh hijau. Meski begitu, Rina mengaku masih bisa mencicip lezatnya mie, tapi tetap mie rendah karbohidrat. Dan itu masih bisa juga dimakan dengan menggunakan telur dan kornet. "Aman semua dan enak,” kata wanita yang pernah konsultasi dengan ahli gizi sebelum menjalani pola makan ketogenic itu.

Walaupun demikian, Rina mengaku kadang tergoda untuk menyerah. Namun, anak-anaknya selalu mengingatkan Rina untuk kembali hidup sehat.
 
Apa Itu Diet Ketofastosis?

Semenjak sejumlah seleb sukses menjalani diet ini, banyak publik menirunya. Diet ini bahkan sempat menjadi satu dari 10 cara diet yang paling banyak dicari di Google pada tahun 2016 lalu. Singkatnya, seperti diungkapkan oleh James dan Rina Gunawan, diet katogenik ialah diet dengan tinggi lemak, jumlah protein sedang, hingga rendah karbohidrat.

Dilansir laman Health.com, dalam diet katogenik, kurang lebih 75 persen hingga 90 persen kalori harian berasal dari lemak, enam persen hingga 20 persen datang dari protein, dan dua persen hingga lima persen berasal dari karbohidrat.

Diet ini pada awalnya dirancang sebagai cara diet untuk mengendalikan serangan epilepsi, sebelum ada obat untuk mengobati kejang. Dalam beberapa dekade terakhir, diet ini justru muncul kembali ketika pasien dan orangtua mencari alternatif untuk obat-obatan.

Tapi diet ketogenik juga telah diadopsi sebagai rencana penurunan berat badan. Tujuannya untuk mencapai ketosis, keadaan di mana tubuh menggunakan lemak sebagai bahan bakar utama, dan bukan karbohidrat.

Setelah tiga sampai empat hari diet ketogenik, mampu menyimpan cadangan dari karbohidrat, yang disebut glikogen, dan memicu beberapa penurunan berat badan dan penampilan fisik yang lebih ramping.

Tapi dalam hal menurunkan berat badan, keuntungan utama dari diet ketogenik, tidak akan membuat mudah lapar, karena memiliki asupan banyak lemak mengenyangkan, dan keadaan ketosis telah terbukti mengurangi nafsu makan.

Tidak hanya itu, sebuah artikel Sports Illustrated juga menjelaskan, diet yang sukses dijalani pebasket dunia LeBorn James ini dinilai oleh sejumlah ilmu pengetahuan sangat sederhana. Hanya melatih tubuh untuk mengandalkan lemak sebagai bahan bakar. Tujuannya, membatasi asupan karbohidrat harian seseorang dengan menciptakan keadaan metabolik yang disebut ketosis, di mana tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energi bukan glukosa (alias karbohidrat) dalam darah dan hati. Bila karbohidrat cukup dibatasi, tubuh akan menghasilkan keton, yang bisa dijadikan energi.

"Banyak atlet menemukan makanan ketogenik berhasil meningkatkan kinerja atletik mereka dan diet ini sedang dipelajari oleh lebih banyak ilmuwan untuk mendapatkan manfaat kesehatan mereka, sebagai pengobatan untuk kanker, demensia, ALS, sindrom metabolik, diabetes obesitas dan multiple sclerosis," kata profesor kedokteran di University of Iowa, Dr Terry Wahls seperti dilansir mindbodygreen.

"Namun, seperti yang terjadi pada karbohidrat rendah, penting untuk menjaga kepadatan gizi dan memiliki cukup serat untuk menjaga mikrobioma sehat," jelasnya.

Jika berencana mengikuti pola diet ketosis, konsultasi terlebih dulu pada ahli nutrisi dan dokter. LeBron sendiri melakukannya di bawah pengawasan ahli gizi Cavs.

Butuh Komitmen

Ahli Gizi Leona Victoria menjelaskan, diet ketofastosis kuncinya adalah mengganti sistem metabolisme tubuh, dari yang menggunakan karbohidrat sebagai bahan bakar utama menjadi lemak.

"Saat tubuh memetabolisme karbohidrat, kelebihan lemak akan langsung disimpan menjadi fat storage. Namun saat kita ganti cara kerja metabolismenya, hampir tanpa karbohidrat, maka lemak yang masuk akan menjadi sumber fuel utama," ujarnya kepada VIVA.co.id, Kamis 17 Maret 2017.

Jadi lemak yang dikonsumsi tersebut akan dipakai dan bukan disimpan dalam tubuh dan menjadi pemicu penyakit.

Tidak seperti metode diet lain, ketofastosis membutuhkan komitmen dari yang menjalaninya. Artinya, diet ini harus dilakukan seumur hidup. Karena, diet ini mengubah secara total pola makan. Jadi jika Anda bolak-balik melakukan diet ini, akibatnya akan merusak metabolisme tubuh. "Seharusnya bersifat permanen. Tidak bisa on dan off seenak-enaknya," kata Leona.

Jadi, sebelum memulai diet ini, galilah banyak informasi dan cari tahu bagaimana diet ini akan mengubah Anda. Selain itu, persiapkan diri apakah bisa benar-benar berubah secara drastis.

Sebab, Leona menambahkan, seseorang yang menjalani diet ini akan mengalami "healing crisis", istilah yang digunakan kelompok ketofastosis, yaitu kondisi-kondisi tidak enak yang terjadi saat mengubah sistem metabolisme.

Kondisi tidak enak yang dimaksud adalah bisa berupa timbulnya jerawat parah, kulit gatal-gatal, kulit kering parah, ketombe, mual, lemas, sampai tidak bisa berdiri.

"Harus dipahami bahwa mengubah metabolisme berarti juga banyak pergantian sel-sel tubuh untuk mengakomodasi cara kerja yang baru. Maka itu muncul healing crisis," jelas Leona.

Lamanya kondisi ini berlangsung bisa berbeda-beda pada setiap orang. Ada yang mengalami regenerasi secara cepat, namun ada yang lebih lama. Apalagi jika dia juga melakukan 'cheating' saat diet, ini bisa memperlarut kondisi tersebut.

Meski demikian, setelah masa tidak mengenakkan itu berlalu, maka terbentuklah sel-sel baru yang kompatibel dengan metabolisme berbahan baku lemak.

Pada awalnya, diet ketofastosis ditujukan untuk penderita epilepsi. Dan, dari beberapa laporan disebutkan bahwa diet ketofastosis juga bermanfaat untuk menangani diabetes dan PCOS.

Namun, bagi penderita penyakit kronis seperti asam urat, diabetes, ginjal dan kanker, kefektifan diet ini belum terbukti secara ilmiah karena bukti yang ada masih anekdotal dan testimonial. Jadi, perlu dilakukan riset yang baik.

Dan yang paling penting dan perlu diingat, sebelum menjalani diet ini, ada baiknya Anda melakukan konsultasi dengan ahli gizi dan juga dokter.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya